Meet The Sherlock and The Angel

Saya percaya, hidup manusia tersusun dari mozaik puzzle besar dan penuh warna. Setiap langkah kita berjalan, setiap orang yang kita temui, setiap cinta yang kita singgahi, dan setiap tempat yang kita datangi adalah satu demi satu keping puzzle yang menyusun hidup kita hingga puzzle terakhir itu tersusun. Dan puzzle terakhir adalah saat kita menutup mata.

Satu puzzle terbuka saat saya magang di Jakarta sekitar dua tahun yang lalu.

Saya diterima untuk internsip selama dua bulan di sebuah kantor akuntan di daerah kuningan. Jakarta selatan. Kesempatan yang langka, pikir saya saat itu. Tanpa pikir panjang, saya langsung menerimanya dan mengurus semua hal yang berkaitan dengan izin keluar untuk tidak kuliah kepada Asisten Dosen karena waktu internship itu akan memakan setidaknya dua minggu waktu kuliah. Waktu liburan saya selama satu bulan lebih setengah akan saya habiskan bersama tumpukan kertas di kantor itu kelak. Tak apa. Hitung-hitung pengalaman kerja dari pada di rumah menganggur.

Dari Malang, tempat saya berkuliah, saya berangkat ke Jakarta. Berbekal satu koper besar pakaian dan semua kebutuhan. Tak lupa sebuah Novel berjudul Sherlock Holmes yang baru saya baca seperempat saya masukan ke dalam postmailman Bag. Rencananya saya ingin membacanya selama berada di dalam pesawat terbang.

Beberapa minggu itu, saya mulai menyukai serial Sherlock. Saya bukan maniak dan seorang fans berat sih, yang mengoleksi banyak hal tentang hal tentang Sherlock seperti Souvenir, ratusan eksemplar novel jadulnya. Karena memang saya hidup bukan di jaman Sherlock sedang hangat-hangatnya. Saya hanya menonton dari serial BBC yang hanya mengeluarkan tiga episode setiap tahun, membaca buku-buku terbitan modern, serial kartunnya, atau menonton serial movie-nya yang diperankan sangat apik oleh Robert Downey Jr. Saya suka dengan cara Sherlock bertutur, logikanya memecahkan sebuah kasus. Mengikuti kisahnya menyenangkan. Satu hal yang membuat saya jatuh cinta pada serial fiksi ini. 

Berbeda dengan fiksi lain yang menciptakan kebahagiaan dari sebuah keajaiban, Sherlock menciptakan kebahagiaan yang dengan sangat logis.

Karena saya memang orang yang tidak pernah percaya keajaiban itu ada. Keajaiban hanya ada di serial anak-anak. Tak pernah terjadi di kehidupan nyata. Percaya kata saya!

Sekitar Dua jam perjalanan terbang, pesawat yang saya tumpangi akhirnya mendarat di Bandara Internasional Soekarno Hatta. Dan internship pun dimulai.

Hari-hari yang saya jalani selama internship lumayan menguras energi dan pikiran. Dari Kuningan, saya harus berangkat pagi-pagi sekali untuk bisa sampai tepat waktu di kantor klien yang berada di daerah Cilandak, belum lagi macet. Rasanya mau getokin kepala ke pundaknya Pevita Pearce. Biar ademan dikit. Kepala saya menjadi sangat berat saat saya melihat notifikasi di facebook. Seorang gadis yang saya cintai bertunangan dengan pria lain, dan dua bulan lagi, dia akan menikah. Hal yang paling berat di dunia meski terdengar egois. Melihat orang yang saya cintai bahagia, tapi alasannya bukan saya.

Kerjaan saya jadi kacau, senior saya mulai ngebentak-bentak, pekerjaan banyak yang molor, klien mulai komplain karena kerjaan saya yang lambat. Pikiran saya memang sedang kacau saat itu, tangan saya di keyboard, namun pikiran saya melayang entah kemana. Internship ini semakn dan semakin berat.

Weekend menjadi ajang balas dendam saya. Biasanya saya menghadiahi diri saya dengan tidur sepanjang hari, menonton film di setiabudi. Dan pilihan saya untuk weekend kali ini adalah memanjakan perut dan lidah di Plaza Festival. Saya dengar dari teman-teman di kantor, di Plaza itu menjual banyak makanan Indonesia dan luar negri yang beragam.

Saking banyaknya, saya bingung mau makan yang mana. Di kiri saya melihat Pizza dari Italia, di kanan melihat Nachos dari Mexico, dan di utara saya melihat mbak-mbak semok dari Bandung. Setelah berkutat dengan kebingungan, saya menjatuhkan pilihan pada resto cepat saji masakan Jepang yang terletak di plataran Plaza. Makan Ekado sambil ngeliatin mobil dan orang berlalu lalang lucu juga nih. 

Saya pun mengantri.

Tak diduga, resto saat itu penuh, dan saya lupa mengamankan satu meja untuk saya menikmati makanan. Saya sudah mencoba menelusuri seluruh resto namun tak ada satupun meja kosong, akhirnya saya terpaksa berdiri memegangi Baki menunggu pengunjung lain menyelesaikan makannya, dengan begitu saya bisa menggunakan mejanya. Saya menengok keluar, hujan mulai turun dengan derasnya. Dalam hati saya berguman. “yaelaaah hujan, gimananya pulangnya nih”, saya menghembuskan pasrah.

Tepat di sebelah saya, saya melihat seorang cewek berambut pendek, kulitnya putih, berkaus putih, sedang menikmati Miso dalam sebuah mangkuk kecil. Sadar dirinya saya perhatikan. Cewek itu pun tersenyum manis, saya keringetan.

“Kamu boleh duduk kalau kamu mau.” Cewek itu menyodorkan kursi yang ada di hadapannya.

“Nanti saja setelah kamu selesai” Saya menolak halus tawarannya.

“Nggak apa-apa, lebih enak makan kalau ada temennya kan?” Cewek itu tersenyum manis, sebenarnya saya deg-degan. Jangan-jangan dia SPG MLM. Lalu saya diprospek buat ikut seminarnya. Tapi apa daya lutut sudah getir berdiri lama, perut terasa aus karena sudah lama tak diisi, dan Ekado saya mulai dingin dan harus segera disantap. Saya pun terbujuk untuk bergabung semeja dengannya.
Setelah saya duduk, barulah saya sadar, cewek itu memiliki mata biru yang indah.
Kami berdua makan dengan hikmat, sampai akhirnya dia membuka pembicaraan.

“Dalam rangka apa ke Jakarta?” Cewek bermata biru itu bertanya.

“Kamu tau dari mana saya bukan dari Jakarta?”

“Hanya menerka, dari logat kamu. Hehe. Saya banyak bertemu dengan banyak orang dari berbagai bangsa sebelum ini”

“Wow? Saya tebak kamu pasti bukan orang Indonesia, benar?” Saya menerka dari penampakan wajahnya, yang sedikit kebule-bulean, dan aksen Indonesianya yang kaku.

“Nyaris benar, saya blasteran” Jawabnya. “dan saya sebenarnya tidak tinggal di Indonesia.”

“Jadi kamu ke Indonesia untuk?”

“Liburan..” Jawabnya sambil tersenyum dan kembali menyuap sesendok Misonya. “Saya tinggal dan kuliah di London.”

Saya terkesima, menurut saya alangkah lebih menyenangkan menghabiskan liburan musim panas di London, atau berkeliling Inggris, menikmati senja di Millenium Wheel, atau menyambut pagi dengan sepiring nugget ikan pinggir sungai Thames River. Kenapa malah menyemplungkan diri ke panas dan bosannya Jakarta? Sungguh saya terkesima.

“Gadis yang menjadi tampilan utama ponsel kamu cantik..” Cewek itu ternyata sempat melihat tampilan depan ponsel saya saat menyala yang taruh di samping makanan saya.

“Iya, cantik, tapi dia bukan gadis saya, saya hanya mencintainya.” Mata saya nanar melihat gadis berambut pendek yang terlihat bahagia dalam foto itu. “Dia akan menikah dengan pria lain.”

“Kadang Tuhan menciptakan manusia berdampingan dalam hatimu, tidak pada hidupmu.” Cewek bermata biru itu tersenyum lagi “Setiap orang punya keajaiban cintanya masing-masing. Mungkin kamu belum bertemu saja.”

“Keajaiban itu omong kosong” jawab saya dengan remeh

“Apakah kamu pernah ke London? Kamu akan percaya keajaiban. Di sana banyak terjadi di sana.” Cewek itu mengelap bibirnya dari sisa Miso dengan tissue “Saat hujan seperti sekarang, para malaikat sedang menari bersama orang-orang yang sedang jatuh cinta”

“seandainya saya punya kesempatan untuk pergi ke London, mungkin saya lebih tertarik untuk pergi ke Barker Street 221B daripada menari hujan memanggil malaikat agar bertemu dengan keajaiban cinta saya”

“Sherlock akan sulit memecahkan kasusmu, hatimu terlalu rumit” Cewek itu tertawa renyah.
Saya terkesima.

“Barker Street 221B, Sherlock Holmes, bukan?” Cewek itu menerka, dan tau pasti bahwa jawaban saya adalah…

“iya, kamu benar.”
Cewek itu tampak senang karena terkaannya benar. “Saya rasa kamu juga harus ke London dalam waktu dekat.”

“Haha, saya tidak sekaya itu untuk pergi ke London dan menemui orang yang tidak pernah benar-benar ada.”

“Bukan, bukan menemui Sherlock, tapi mencari keajaiban cinta untukmu.”

“Bagaimana bisa?”

“London adalah kota keajaiban cinta, kamu hanya butuh jatuh cinta, dan London akan memanggilmu. Malaikat di London Eye akan menari bersamamu saat hujan turun”

“Kamu percaya Malaikat itu ada?” Tanya saya.

“Sama seperti kamu mengagumi Sherlock.. kamu selalu percaya dia ada di dalam hari-harimu bukan?”
Saya tersenyum, dia tersenyum, Jeda berbahasa tercipta di ruang bicara kami.

Hujan mulai lemah, dan sepertinya dia gusar dan seperti terburu-buru membereskan barang-barangnya.

“Saya pergi sekarang, Hujan mulai hilang”
Saya pun memberesekan barang-barangnya, kami berdua beranjak dari kursi. Dengan cepat ia keluar dari resto.

“See you in London Adi..” cewek bermata biru itu tersenyum dan buru-buru untuk pergi.

“..bentar, kamu tau nama saya? Dari mana?” bukannya menjawab pertanyaan, dia malah mempercepat langkahnya. Saya berusaha mengejarnya. “Setidaknya beri tahu saya nama kamu.”

“Angel, nama saya Angel. Saya harap kita bisa bertemu lagi suatu saat di London. Saya selalu ada di latar London Eye saat hujan turun” Dengan cekatan ia menyelinap di antara kerumunan orang yang berdesakan. Saya kehilangan jejaknya.

Dia menghilang sesaat ketika hujan reda.

***

Setelah kejadian itu, saya mulai mencari-cari cara bagaimana agar saya bisa ke Inggris. Mulai dari agen travel satu ke travel lain, atau mungkin saya membeli tiketnya saja dan mengandalkan semua perjalanan saya di sana menggunakan google maps, namun tetap saja semua itu terasa mahal dan saya tidak mampu untuk membayar tagihannya. Saya pun mengikuti semua beasiswa ke Inggris, namun saya sepertinya belum beruntung dalam ujian.

Saya teringat perkataan cewek bermata biru itu tentang keajaiban. Saya melihat lagi foto gadis yang saya cintai. Saya menghapusnya dari ponsel agar semua kenangan tentang dirinya hilang dan hangus dalam Recycle Bin. Namun saya gagal. Saya masih terkenang akan dirinya.
Saya harus move on. Pikir saya.

Namun cinta sebesar ini, saya bingung harus dibuang ke mana. Mungkin saya butuh menari di latar London Eye di bawah hujan, atau saya harus ke Barker Street 221B menemui Sherlock dan memecahkan sebuah misteri dalam hidup saya. Saya ingin Sherlock membantu saya memecahkan puzzle dalam hidup saya. Puzzle yang berisi tentang hidup saya, puzzle tentang cinta.

Untuk itu, saya harus ke Inggris.. dan, hanya Mr Potato yang bisa membantu saya mewujudkannya.


Bersambung...




Sumber : indra-widjaya.com



#inggrisgratis

*Terinspirasi dari Novel London : Angel karya Windry Ramadhina
*Bersambung, sambungannya baru saya tulis jika saya benar-benar ke Inggris. hehe, makanya menangin :P

3 Comments

  1. Sumfahh.. Keren.... Semoga Menang, Di...

    BalasHapus
  2. 221B Baker Street :3 #blogwalking

    BalasHapus
  3. Ceritanya keren nih, aku juga suka sama Sherlock Holmes, dari serial TV sampe novelnya. Gak terasa aku terbawa nih baca tulisanmu.

    BalasHapus

Dikomen boleh. dipipisin yang jangan