Pot Kecil

sumber : daughter quote

Dear..

Cappucino yang kuhirup pelan-pelan senja ini membuat pikiranku berjalan sendiri, menelusuri lorong-lorong kecil memoriku, membawaku kembali kepada kenangan yang aku kunci di dalam peti besar dan kuncinya kubuang.

Entah mengapa hari ini peti itu terbuka lebar-lebar. Semua kenangan yang kusimpan rapi-rapi di dalamnnya menunjukan dirinya. Semua tentang kamu yang kucoba lupakan. Semua yang aku lihat sore itu berubah menjadi ilusi-ilusi yang mengingatkanku padamu. Wanita yang duduk di meja nomor 3,  aku sempat mengira dia adalah dirimu. Pusaran cappuccino hasil adukan cepatku ini malah jelas membuatku melihat sosok seolah-olah kamu. kupejamkan mata untuk menghilangkan ilusi ini. partikel hitam malah berubah menjadi senyummu.

Sepertinya aku merindumu hari ini.

Pertemuanku denganmu adalah Ekuinoks. hari-hari di mana musim semiku dimulai.

Masih jelas dalam ingatanku saat kita terakhir bertemu. kamu masih gadis yang sama seperti saat kita pertama kali bertemu. lengkung bibirmu saat tersenyum, lentik tanganmu saat memegang gelas, arah matamu saat tersipu, caramu membenarkan kaca mata, dan nadamu ketika memanggil namaku saat kita hanya berdua.

Masih jelas di telingaku, keluhmu pada hari-hari burukmu yang kau tumpahkan. senangmu pada hari-hari baikmu yang kita bicarakan. hingga larut petang menjelang, hingga kita sadar sudah terlalu gelap dan ada pagi yang harus segera dijelang. kita berpisah ketika sambungan telepon dimatikan.

Dear..

Sebenarnya aku berharap kamu bersamaku saat ini. ada semburat jingga yang ingin aku tunjukan padamu. mungkin tidak seindah pilar-pilar hijau-ungu-biru aurora borealis di langit norwegia. aku ingin memerlihatkan bagaimana matahari itu pelan-pelan terbenam berganti malam, seperti rinduku padamu yang hangat dan berangsur sejuk saat kamu ada di sini. sayangnya. kamu tidak di sini.
mungkin saat ini, kamu sedang bersama orang lain.

Aku percaya bahwa semesta akan memberikan banyak jalan agar setiap hati akan menemukan rumah yang tepat untuk menghabiskan hidup. aku yakin kamu adalah jalanku, sayangnya semesta memiliki alur yang lebih baik untuk kita berdua. kamu bertemu orang yang lebih baik.

aku melihat fotomu bersama kekasihmu saat ini. aku melihat kamu tersenyum menatapnya. aku melihat kamu merangkul tangannya erat, aku melihat pipimu yang tersipu menatapnya. di foto itu, aku melihatmu bahagia.

sampai saat ini, aku masih patah hati.

Mereka bilang : ketika kamu patah hati, bersedihlah hingga puas, sampai kamu lelah untuk bersedih dan mulai lagi untuk kembali bahagia. Mereka bilang : carilah hati yang baru, kemasi semua barangmu, pindahlah. Aku mencoba keduanya. sayangnya, ketika kulabuhkan hatiku kepada yang baru, gravitasi selalu membuatku terhempas kembali ke tata suryamu. ketika kutunjukan rasi bintang pada wanitaku yang baru, langitnya selalu berpendar dan mengarahkan panahnya padamu.

Seperti apa yang aku katakan padamu sesaat setelah kita berpisah. Kamu adalah matahari tempat semestaku berputar.

Kuhirup cappuccino yang tinggal setengah ini. langit semakin jingga.

Ekuinoks itu kini sudah berakhir, musim semi itu berubah dingin. semua terlihat putih, tak berwana, tak ada rona bunga-bunga mekar seperti ketika kita berdua jalan beriringan dan berdebat bulan pada malam itu sabit atau tidak.

Di dalam pekat dingin itu, aku membuat sebuah pot kecil yang terbuat dari runtuhan-runtuhan hati. aku menaruh bibit dan menguburnya dengan tanah yang ku siram setiap hari.

Berdoa agar kamu selalu bahagia dengan musim semimu yang indah bersamanya.

Berharap matahari lain akan segera terbit.

Aku selalu menjaga pot kecil itu selalu dari semua benturan. memupuknya setiap hari. dan hari ini aku mulai melihat daun kecil mulai tumbuh dari dalamnya.

Pengunjung café tempatku duduk sekarang ini satu per satu mulai berangsur pulang. Seorang pelayan mengampiriku untuk mengantarkan tagihan dan kemudian berlalu meninggalkanku sendirian. Ada hening yang syahdu saat senja ini berakhir, Ada manis berlalu dari gelas cappuccino yang sudah kosong, ada senyum yang mengembang dari bibirku.

Ada sesuatu yang sudah seharusnya diakhiri.

11 Comments

  1. anjrit keren sob ceritanya, gw suka pemilihan kata2nya.
    kalimat fav gw yang ini
    "sayangnya, ketika kulabuhkan hatiku kepada yang baru, gravitasi selalu membuatku terhempas kembali ke tata suryamu."

    BalasHapus
  2. anjrittt, bahaya ini tulisan, kelepek- kelepek kaya cupang kalo cewe yang baca nih.

    BalasHapus
  3. Kak Adiiii ini bangus bingiiit. Sering seringlah nulis menye menye gini kak gak usah humor lagi hehehe. Sama, kalimat favoritku jg yang gravitasi itu :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nulis menye-menye nggak terlalu menantang. Lebih seru komedi :D

      Hapus
  4. Keren banget mas :D Suka suka ^^

    BalasHapus
  5. gue ngerti skrg kenapa tulisan model Bara bisa laku.
    cewek2 lebih suka yg romance begini, bukan tulisan lucu. :))

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itulah kenapa aku tetap pada genre komedi. Karena romance aslinya kurang menantang. Asal ditwist-twist-in dikit endingnya pasti bagus. Kalo komedi lebih susah. Butuh tiset lebih dalam

      Hapus
  6. Haaaaakkkkk ini apaaah malem-malem blogwalking nyasar ke tulisan begini.. Aduh, suka suka suka...

    "Kamu adalah matahari tempat semestaku berputar."

    *pingsan*

    BalasHapus

Dikomen boleh. dipipisin yang jangan