Pagiku terbenam padamu (Kumpulan Puisi)

Sumber :  Gambargambarbunga(dot)com

Secantik Senja

Elok jingga menyapa dari balik tebing-tebing
di mulut siang samudra itu, aku berdiri meraba.
Tanganku berusaha menangkapnya
namun sendu dia ternyata malu
semakin dekat ku melangkah, semakin pergi dia menjauh.

Kuning jingga dirinya mengintipku dari jauh.
aku pura-pura tak melihat. namun semburat cahayanya menyentuh lengan kananku
kurangkak batu tinggi itu
kugapai ranting lemah itu
Sayang dia roboh tak kuasa mencintai tapak kaki kotorku

Kueja namanya pelan-pelan
Ratusan air mata dan jutaan sajak tak jua mengantarkan dirinya pulang
berharap dirinya terbit lagi besok
saat mataku terpejam. saat itu dia datang.

Hati yang kupuja seindah jingga
Wanita muda secantik senja
(NA)

***

Aku mungkin tidak semenyenangan itu.

Aku mungkin tidak semenyenangan itu
Yang membuatmu mengerutkan dahimu
Yang menghentikan bibirmu untuk terus bertanya
Tentang bagaimana luas dunia dari cara pandangku
dan kau berbinar menunggu kelanjutan

Aku mungkin tidak semenyenangkan itu
Yang bisa membuatmu melanjutkan kisah
Yang membuatku mendapati mataku menemukan keseruan itu
Tentang bagaimana hari esok berakhir
dan aku berbinar menunggu kamu berujar

Walau aku mungkin tidak semenyenangkan itu
Aku tau kamu berusaha untukku
berusaha untuk menyenangkan walau kita sepahit kopi yang kita hirup sejenak sebelum kita berpisah
Pahit yang berubah manis saat kamu tau betapa besarnya Tuhan yang menitipkan kasihnya pada hatiku untuk menyayangimu
(AE)

***

Menjadi Pagi

Malam ini ku coba dengar kembali
Suara alam yang berangsur sepi
Heningnya membuatku ingin sekali memilih
Bisakah pagi selalu datang? atau malam tetap memeluk sisiku erat-erat

Kadang, aku ingin menjelma menjadi pagi
Aku ingin selalu segar seperti embun yang datang ketika malam pergi
Selalu cerah seperti matahari
Seperti burung yang selalu bernyanyi
Menyapa lembut para pemimpi yang lelah berjalan jauh

Tapi sayangnya, pagi tak pernah selalu sama
Akan ada hujan dan awan yang menutupi
Yang tak seorang pun dapat melihat indahnya
Yang tak seorang pun yang menyadari sebuah pagi saat itu telah hilang
Dan saat tersadar, aku sudah menjadi pagi yang membeku dan menjadi putih seperti salju
(AE)

***

Pagiku terbenam padamu

Malam itu, aku coba teriakan lagi namamu
kupecah hening yang selama ini disembunyikan alam
Dari awan yang menutup dirimu
Dari hujan yang menyekap senyummu
Dari badai yang menipu dirimu, yang membuatmu mengira semua baik-baik saja

Aku berpendar bersandar pada dinding waktu
berharap malam ini segera beranjak meninggalkan kita
Bagai bunga-bunga putih tipis yang kau tiup kelopaknya hingga lepas
Berharap tawa kita juga seperti itu, terbebas batas

Malam itu, aku coba lagi meraih sahutmu
Kubelah kulit yang membungkus hingga berdarah-darah
Agar bisa kucabik hatimu yang beku itu
Agar tangisku benar-benar bisa mencium keningmu
Agar teriakku akan mengejutkanmu tentang semua hal yang mengubah apa-apa

Aku mengabur di balik kabut masa
Meraba-raba tak menemukan arah kepadamu
Bagai monyet buta yang tak temukan rimbanya
Berharap aku bisa merangkak pelan, dan membiarkan pagiku terbenam kepadamu.
(NA)

***

Ditulis oleh :

Amelia Ernina (AE)
Nugraha Adi Putra (NA)




6 Comments

Dikomen boleh. dipipisin yang jangan