Raditya Dika


Raditya Dika (Radith) adalah penulis yang jauh dari kesan penulis. Ya, karena image penulis yang melekat di Indonesia selama ini adalah: kutu buku, serius, dan kerjaannya ngurung diri berminggu-minggu di basement rumah sambil nulis novel dan mendapatkan nutrisi makanan dari menjilat daki sendiri. Namun, image itu dihancurkan besar-besaran oleh Radith.


Radith menulis buku-buku humor autobiografis dengan gaya self-depreciating dan metafora hiperbolis yang unik. Cerita-cerita dalam bukunya berputar di antara kehidupannya sehari-hari, keluarga, dan pacarnya. Buku-bukunya terkesan keluar dari pakem, tidak peduli EYD atau jaga image. Pakem dihancurkan, dan kata-kata aneh-tapi-nyata seperti “titit” tersebar di antara halaman-halaman bukunya. Semua bukunya telah sukses menjadi national bestseller, yaitu Kambingjantan (Gagasmedia, 2005), Cinta Brontosaurus (Gagasmedia, 2006), Radikus Makankakus: Bukan Binatang Biasa (Gagasmedia, 2007). Buku terbarunya adalah Babi Ngesot (Bukune, 2008).



Radith memulai debutnya dalam dunia perbukuan melalui bukunya yang pertama, Kambingjantan, berisi diary-diary dan pengalaman kesehariannya semasa dia menjadi mahasiswa di kota Adelaide, Australia Selatan. Buku keduanya bercerita tentang pengalaman cinta Radith yang gak pernah sukses, namun ketidaksuksesan ini mengandung tawa sendiri bagi para pembacanya dan lebih kontemplatif dibandingkan buku pertamanya. Buku ketiga, kembali bercerita pengalaman anehnya yang seolah tidak pernah habis. Sedangkan buku keempat, mempunyai “ketakutan” sebagai benang merah di dalam buku tersebut.

Kelakuan Radith yang ngasal ini terlihat tidak hanya dari bukunya. Mengusung motto “we have to live our art”, talkshow Radith juga tidak lepas dari keanehan-keanehan yang dia tampilkan. Radith melakukan talkshow seperti seorang stand-up comedian ala Jerry Seinfeld, Dane Cook, atau Ellen DeGeneres. Pengonsepan ulang talkshow menjadi stand-up comedy adalah yang pertama kalinya di Indonesia. Gimmick lain yang sering terlihat dalam talkshow Raditya Dika adalah pembagian ember yang sudah terlebih dahulu di tandatangani.

Saat ini, Radith masih tinggal di kawasan Kebayoran Baru bersama orang tua dan empat orang adik-adiknya. Cerpennya pernah di muat di majalah Gadis, Hai, dan beberapa majalah indie. Pengalamannya bekerja meliputi menjadi reporter Metro TV, sekarang menjabat menjadi pimpinan redaksi penerbit Bukune yang bergerak di bidang majalah perbukuan dan buku-buku untuk anak muda di bawah PT Bukune Kreatif Cipta. Saat ini dia sedang sibuk-sibuknya menyelesaikan kuliah di program ekstensi Universitas Indonesia jurusan Politik Indonesia.

Gaya humornya yang meledak-ledak, hiperbolis, dan penuh metafora yang ngaco menjadikannya salah satu dari sedikit penulis humor Indonesia yang berhasil membuat pembacanya terbahak. Renungan kontemplatif pun bisa didapatkan dari tulisan-tulisannya yang memberitahukan bahwa buku humor bukan berarti bacaan arum manis yang hanya manis tanpa isi.

Pengen tAu ttg radith lagi? klik disini

0 Comment "Raditya Dika"

Posting Komentar

Dikomen boleh. dipipisin yang jangan