Kehidupan Bersosial media


Source : kompas

Post kali ini gue pengin curhat tentang sosial media masa kini. 

gue sama seperti kalian, sangat tertarik dengan kehidupan sosial di dunia maya. membuat akun di sosmed ini dan itu. memposting ini dan itu, mendapatkan teman baru, menemukan kembali teman lama yang sudah lama hilang kontak setelah naik ke jenjang kehidupan selanjutnya. bisa bercengkrama hanya bermodal gadget tanpa harus keluar rumah. life sound easy when need only is open your phone and say hay to everyone around the world. because of social media

but, 

di samping hal-hal baik dari sosial media, seperti sebuah koin uang, sosial media memiliki dua sisi, kalau yang berusan gue sebut itu, okelah kita bisa kategorikan itu sebagai hal yang baik dari sosial media, namun di sisi lain, ada banyak hal yang bikin gue jengkel dari sosial media.

khususnya untuk beberapa waktu ini.

entah mengapa, gue nggak menemukan lagi kenyamanan yang gue rasakan saat bersosial media, sangat berbeda seperti dulu, entah karena umur gue yang makin tua sehingga sudut pandang gue juga menjadi semakin sempit, atau sosial media sekarang memang semakin membosankan

ada banyak hal yang berubah dari sosial media. 

By the way, Sosial media pertama gue adalah friendster. gue inget zaman-zaman gue main friendster. di mana saat itu friendster adalah sosial media yang menurut gue sosial media ya sebenar-benar fungsi dari sosmed : mencari teman baru, menemukan teman lama. gue nge-add orang secara random di dunia maya, berkenalan melalui chat, dan berteman. atau gue menemukan teman-teman SD gue yang udah lama nggak pernah ketemu dan akhir bisa kembali bercengkrama.

Sumber : Tempo
Sosial media sekarang lebih banyak kepada pencitraan, beropini terhadap sesuatu yang sebenarnya bukan bidang orang itu dengan bermodalkan baca setengah-setengah dari open-new-tab yang dia baca dari artikel yang entah benar atau enggakberasal dari hasil googling. menjatuhkan orang lain, berdebat, berusaha menggiring opini follower, dan lain-lain

gue juga heran ama stigma "Alay" yang diberikan orang-orang ketika seseorang memposting sesuatu di sosial media. misalnya, gue lagi makan di cafe "B" lalu gue share di akun Path. nggak jarang gue dapat komen dari temen gue, "makan di situ share Path, lagi gini di share di facebook, Alay" akhirnya orang jadi males buat ngeshare apapun di sosial media karena takut dikatain "Alay"

lah.. ya fungsi sosial media salah satunya kan emang sharing informasi tentang diri lo? bener? tapi beda ketika sharenya berlebihan. ini nggak baik. menurut gue, ketika sharing sesuatu--apapun itu-- harus lihat kontennya. apakah kontennya merupakan masalah sangat pribadi, atau konten entertain semata.

gue sendiri, melihat pengguna sosial menjadi dua. Pengguna Tradisional dan Pengguna Konten, menurut gue ini seperti Fase seseorang ketika bersosial media, gue pernah merasakan keduanya.

Pengguna Tradisional

pertama, pengguna tradisional : yang masih menanggap sosial media sekarang adalah representasi dari diri pengguna akun. orang yang masih seperti ini akan cenderung memposting semua hal yang terjadi pada dirinya, apa yang dia alami, di mana dia makan, ke mana dia pergi. dan apa yang dia rasakan pada saat itu. 

misal pas lagi galau, pengguna ini akan meposting status galau seperti "Aku benci sama si X karena diam-diam ternyata dia makan kulit ayam  tepung miliku" atau ketika lagi senang dia akan memposting "Asek, kulit ayam grateess".

Pengguna tradisional akan depresi, marah, sedih ketika mengetahui akun miliknya telah diremove oleh temannya. karena dari awal pengguna tradisional menganggap bahwa akun adalah "representasi diri seseorang". sehingga ketika diremove/unfriend, maka putuslah juga semua tali persaudaraan, ikatan pertemanan, cinta kasih kekeluargaan di dunia nyata. pas ketemu pura-pura nggak ngeliat, malas negur, berusaha mengalihkan pandangan saat bertatapan, walau dalam hati teriak "LO REMOVE GUE SALAH GUE APA ANYING??!!" gitu.

ketika gue berada dalam fase ini, gue juga mengalami hal serupa. kesel, marah, bertanya-tanya. gue sering diremove temen gue di dunia nyata. rasanya males banget ketemu orang-orang yang ngeremove gue di sosmed. tanpa gue sadar, konten yang gue suguhkan di sosial media gue kebanyakan konten yang mungkin tidak disukai oleh temen-temen gue, tapi terpaksa buat follow/add karena temen. Di sosial media ada nepotisme semacam itu btw.

Pengguna Konten

Pengguna Konten adalah fase selanjutnya setelah menjadi Pengguna yang mikirnya masih tradisional. pada Fase ini  orang-orang akan sadar bahwa sosial kini tidak seperti sosial media dulu yang penuh gliter-gliter pada kolom komen, ucapan terimaksih formalitas karena sudah di approve dengan iming-iming dapat akun chat doi, dan berpuluh-puluh bilbo nggak penting.

sosial media kini adalah sosial media yang menyuguhkan konten menarik, I follow you because of your content, not your life.  Pengguna konten akan memfollow orang berdasarkan konten yang dia suka, dan memposting sesuatu sesuai dengan konten yang berusaha dia tawarkan di awal. misal, dia seorang traveler, dia akan cenderung memposting kisah perjalanan, foto-foto destinasi, dan video tentang suatu tempat. sehingga yang dia tawarkan adalah kontennya, bukan masalah pribadinya

keliatan nggak bedanya?

contoh, ketika Pengguna Tradisional dan Konten berada dalam sebuah cafe. dan keduanya harus memposting sesuatu.

Pengguna Tradisional akan memposting : chek ini cafe B with X, status : meet up! yeee
Pengguna Konten akan memposting : Chek in cafe B with X, upload foto : interior cafe, status : great place buat menghabiskan weekend, ada live music, makanannya disajikan dengan baik. tempat ini recommended abis!

keliatan bedanya? yap. informatif yang konten kan? jadi nggak heran follower Pengguna Konten biasanya lebih banyak ketimbang yang Tradisional. Pengguna Konten biasanya nggak akan drama ketika di remove temen, pengguna konten akan berprasangka "oh mungkin konten akun gue nggak menarik sehingga doi nggak mau berteman lagi" dan tetap ketawa-ketiwi misalnya ketemu. tanpa drama, tanpa berantem. 

tapi bukan berarti ketika diremove/unfriend lalu kita cuek aja. ada baiknya mengecek ulang konten yang lo upload di internet, bisa jadi konten itu adalah konten yang buruk yang mengakiti orang lain, sehingga ada baiknya bicarain ke yang bersangkutan, minta maaf misalnya ada konten yang kita post tidak menyenangkan bagi orang lain walaupun kita ngerasanya biasa aja.



gue sendiri dulu sangat sering drama ketika diunfollow/unfriend di sosial media. tapi sekarang udah agak ngurang-ngurangin. tapi masih aja kita yang nggak drama eh orang lain yang drama. ya begitulah hidup. padahal di dunia nyata juga sebenarnya kita sering di-unfriend teman kita, bertemu tapi cuma sapa hai, bersamalan, kemudia pergi ke arah masing-masing, dan yang paling buruk di depan tersenyum tapi di belakang menikam, bedanya cuma di kehidupan nyata nggak ada notifikasinya aja.
karena gue berkeyakinan : nggak berteman di sosial media, bukan berarti nggak berteman di dunia nyata. tadi dari semua itu, yang paling menyedihkan adalah kita punya banyak teman di friendlist atau punya banyak grup di akun chat, tapi ketika bertemu malah sibuk sama gadget masing-masing

Ironi?

5 Comments

  1. iih setuju sama yang terakhir, jarang ketemu, sekalinya ketemu sibuk sama gadget masing-masing, -_-

    BalasHapus
  2. kemajuan teknologi akan selalu membawa dua mata koin bang, kita nya aja harus menggunakan semanfaat dan sesuai fungsina :). kurangi aja megang gadget kalau uda ngumpul sama teman atau keluarga

    BalasHapus
  3. yang penting gunakanlah sosmed dengan bijaksana, dan yang terpenting jangan gara gara sosmed kita jadi lupa orang orang disekitar kita
    http://herbalkistadanmiom.com/

    BalasHapus
  4. kayaknya gw termasuk dalam golongan "Pengguna Tradisional" deh :D

    Syahlanzaelani.blogspot.com

    BalasHapus
  5. segala hal pasti ada sisi positif dan negatifnya, ya tergantung pinter-pinternya yang make ya gan
    blogwalking Surya Personal Blog

    BalasHapus

Dikomen boleh. dipipisin yang jangan