(Cerpen) : Satu hari setelah putus

Hooooii !! pada postingan kali ini gue mau latihan nulis nih, biasanya gue nulis komedi garing, gue sekarang belajar nulis romance, menye-menye galau gitu. di baca yak, komentarin kalo bisa. huhuhu. agak panjang, di read more aja ya.

oke deh. selamat menikmati.. ^^

***
Satu hari setelah putus

“pagi…”

suara lirih bernada rendah keluar dari sela-sela bibir Naira. terlemas, bangun perlahan dari tempat tidurnya yang empuk. dari balik baby dollnya pink dengan motif bunga-bunga kecil, sebuah hati baru saja pecah berkeping-keping menjadi beberapa bagian yang sudah tak mungkin bisa disatukan lagi.

dua kaki pendeknya turun dari spring bed, tanpa melihat, kakinya menyusuri serakan tisu-tisu bekas yang dibuang-buang untuk menghentikan genangan air matanya 5 jam yang lalu untuk mencari slop lembut hello kitty kesayangannya. setelah telapak dan slop bertemu, Naira beranjak dari tempat tidur, menuju meja rias tempatnya selama ini bersolek 2 jam sebelum berangkat kuliah. dihadapannya, sebuah cermin, tidak terlalu besar, namun sudah lebih cukup untuk merefleksikan bayangan rambut hingga kancing paling bawah bajunya.
 
“kamu masih cantik kok Nai.. masih..”




Naira mencondongkan badannya mendekat ke cermin. memegang pipinya yang chubbi. rambut panjangnya berantakan. wajahnya kusut tak bercahaya namun dia masih cantik, lingkar hitam matanya seolah bercerita tentang kejadian memilukan, yang baru saja dia alami. semalam.

“aku mau kita selesai saat ini juga”

Petir jutaan volt menyambar hati gadis 21 tahun ini, di sebuah café kecil sepi pengunjung, dari semua kursi yang kosong, hanya ada 2 meja terisi, 1 meja yang digunakan rombongan yang terdiri atas 4 orang muda-mudi, dan satu lagi  diisi Naira, posisinya berada di pojok, diterawang oleh satu lampu kuning yang sedikit redup, dan dia malam itu tidak sendiri, dia bersama Endru, pria yang menghantarkan petir itu dengan teganya.

“segini doang perjuangan kamu? kamu lebih milih cewek ningrat pilihan ibu kamu ketimbang 5 tahun hubungan kita?” kata Naira, setengah kecewa.

“bukan cuma itu.. kita emang udah nggak cocok, kita sering bertengkar, kita seperti dua orang yang berbeda yang tiap ketemu selalu bersinggungan ! kamu nggak pernah bisa ngerti keadaan, kamu egois!”

“aku egois? hei! kamu yang terlalu pengecut! nggak bisa diandelin! kalo kamu emang cowok seharusnya bisa mempertahankan hubungan kita!”

“iya.. ! dengerin aku dulu, aku ingin kita putus, baik-baik”

“putus baik-baik? kalo kita sama-sama baik-baik, seharusnya hubungan kita tetap baik-baik, nggak luluh lantak gini!”

Setengah bangkit dari tempat duduknya, Dua tangan Endru bertumpu dari meja. “Nai.. aku cinta kamu tapi keadaan yang memak….”

Setengah gelas orange juice memercah membasahi sebagian wajah Endru dan dadanya, kemeja putihnya berubah setengah kuning, dengan pulpy-pulpy yang meluncur pelan membasahi kerahnya. Dingin dan begitu lengket.

Rasa puas setengah sakit terpancar sekilas di wajah Naira, gelas dia kembalikan lagi ke meja terhentak agak keras. mengagetkan semua orang yang berada didalam café tersebut. 4 muda-mudi yang tadi duduk berseberangan dengan meja mereka. berikut juga beberapa pelayan yang asyik duduk-duduk didekat meja kasir.

“kenapa kamu nyiram aku Nai !”

“kenapa tanya aku! tanya ke rasa takut mu sendiri !”

Naira berbalik, air matanya turun deras tak terbendung. meninggalkan Endru beserta rasa malunya, berjalan cepat keluar, menemukan taksi, lalu berjalan pulang. Naira menangis sejadi-jadinya.

sebuah malam yang berat. baru saja dia alami.

Puas memandangi wajahnya yang sembab. Naira berbalik dari cermin mengedarkan pandangan keseluruh penjuru kamar. berantakan katanya dalam hati, ingatannya kembali ke malam kemarin, cewek virgo ini seperti kehilangan kendali diri. tangisnya meledak-ledak, tanpa menghapus make upnya, dia membenamkan wajahnya ke guling, berharap dia bisa menangis sejadi-jadinya, guling yang menyumpal setengah mulut itu bisa meredam suara pilunya. cardigan yang dia kenakan dilempar begitu saja, menyambar alat-alat kosmetik di meja rias yang awalnya tertata rapi hingga berantakan. heels yang menempel di kakinya yang satu jatuh ke dasar lantai tak karuan, sedangkan yang satunya setengah menjuntai.

jam digital berkedap-kedip didepan matanya sekarang, 08:57 AM waktu menunjukan. dengan mata tak fokus, Naira menunduk pelan, mencoba melihat sekilas benda apa yang dari tadi menyentuh kakinya yang memberikan efek sedikit geli, tepat didekat dia berdiri sekarang. sebuah boneka Teddy bear, coklat, ukuran agak besar, cukup nyaman untuk dipeluk. dengan wajah polos, tatapan kosong, perutnya sudah terkoyak, ¼ dakronnya keluar terkulai, dengan sebuah gunting bertangkai hitam tertancap disela-selanya.

Boneka itu sebenarnya adalah pemberian Endru kepada Naira sebagai hadiah ulang tahun hubungan mereka yang ke empat, boneka itu biasa ditaruh diantara dua bantal tempat tidur. malam itu, rasa sakit Naira malam itu terakumulasi di gunting yang dia ambil dari meja rias yang berantakan tadi, lalu dia tusuk-tusukan. jahat-banget kamu Dru.. jahat banget teriaknya lirih, air matanya mengalir.  setelah semua terlampiaskan, Naira melempar Boneka cacat itu ke meja rias, dan terkulai di lantai, seperti yang dia lihat sekarang.

Naira berjalan pelan menuju jendela yang masih tertutup tirai cream, warna yang senada dengan cat putih kamarnya.  langkahnya hati-hati, takut terinjak serakan barang-barang yang semalam dia lempar liar kesegala arah, berlembar-lembar tisu beserta kotaknya, robekan fotonya bersama Endru ketika mereka di Bali, dan sisa-sisa dakron teddy bear yang lepas dari tempat seharusnya (perut teddy). tirai dibukanya sedikit dan pelan, seketika itu pula cahaya matahari pagi menyeruak masuk sedikit menyilaukan mata, hangat, jika dilihat dari pintu masuk kamar, seolah Nai membentuk siluet hitam dilatari tirai cream menyala.

Cahaya matahari mencumbu tak sopan, hangatnya menerbangkan Naira kembali kepada kenangan cintanya dulu. saat Endru pertama kali menyatakan cintanya di hutan kampus saat mereka hanya berdua, ucapan selamat pagi yang selalu datang mengawali harinya, kenangan ketika mereka berteduh bersama saat hujan turun menghentikan lari mereka menuju kelas,  hingga ketika bibir mereka saling bertemu malam valentine tahun lalu. semua indah itu menahan napas Naira sesaat, dadanya sesak, hembusannya menjadi berat, tak kuasa, Air matanya kembali mengalir perlahan.

Mungkin inilah jalan seharusnya, kita memang harus mengawali cinta dengan tawa dan mengakhirinya dengan air mata, shit happen, cinta emang selalu pergi ngajak air mata. deru Naira dalam hati. entah siapa yang harus di kambing hitamkan. Endru yang ingin membahagiakan orang tuanya dengan bertunangan dengan wanita pilihan ibundanya. atau rasa cinta yang menjadi balon, semakin besar dan menerbangkan keangkasa, dan ketika balon itu pecah, siapapun bisa terhempas ke tanah?

Ringtone Handphone bergetar dan bersuara sayup diantara guling dan dan bantal, Nai tau siapa yang lancang menelponnya pagi-pagi tanpa harus memastikannya lebih dulu. itu pasti dari Endru .. siapa lagi? Naira lebih memilih untuk tidak mengacuhkannya. rasa takutnya untuk kembali luluh meyakinkannya perlahan. ya sudah… aku tau semua ini harus berakhir seperti ini, dan tetaplah seperti ini.

satu hari setelah putus memang selalu berat. seperti berbalik tiba-tiba saat sedang melaju dalam kecepatan sangat tinggi, ada yang berhasil, namun lebih banyak yang terjungkal. membiasakan diri menjadi seseorang yang tunggal sendiri setelah sekian lama bersama-sama itu tidak mudah. hal ini lah yang terbaca dari tetesan-tetesan air sedihnya. mencintai dalam waktu yang sangat lama, lalu memaksa hati untuk membenci. itu sangat tidak mudah.

Dear, matahari pagi ini memang hangat, tapi tak pernah bisa sehangat saat jaketmu menempel di pundakku saat hujan deras bulan lalu, tak akan pernah sehangat pundakmu saat aku bermanja-manja.

“hati yang aku pinjamin kekamu kenapa kamu patahin sih Ndru..” lirih kecil Nai sambil menatap pagi dari balik jendela.

kisah kita memang berakhir, tapi cinta aku tidak.

satu hari setelah putus, adalah hari paling tidak menyenangkan sedunia.





3 Comments

  1. Adyyy, aku lebih suka kamu nulis gini daripada nulis komedi. Hehe. Selera kali ya :P

    Bikin panjang aja, Dy. Trus coba bikin pake point of viewnya cowok, kan jarang2. Trus semangat nulis ya :D

    As for this one, udah bagus tp hati hati sama typo, soalnya biar tulisa bagus kalo ada typo orang suka malas baca. Hehe. Fighting!

    BalasHapus
  2. lebih bagus daripada ftv hehe
    coba romance comedy kapan-kapan Dy.

    BalasHapus
  3. Nice story....
    Coba lebih di buat panjang..
    I would love to read it
    Jd pengen buat cerita juga :)

    BalasHapus

Dikomen boleh. dipipisin yang jangan