Antagonis

“benar atau salah, hanya masalah sudut pandang

Setiap kali gue membaca sebuah fiksi, atau menonton suatu film dalam waktu senggang. Gue, seperti terangsang untuk menemukan siapa yang menjadi watak antagonis yang dituangkan dalam cerita yang dituangkan oleh si penulis, atau si sutradara. Ketika kebanyakan orang mengagumi si tokoh protagonis – yang membela kenaran, tokoh utama dalam cerita, dan selalu ditempatkan sebagai idola. Gue lebih tertarik untuk mengagumi si antagonis. Tokoh yang dibenci, merusak cerita, merusak mood pembaca/penonton.

Tokoh yang selalu punya alasan untuk dibenci oleh semua orang.


Kenapa gue suka Antagonis?

Tokoh antagonis yang baik, selalu punya alasan yang sangat kuat kenapa dia/mereka berada di posisi yang berseberangan.

Kadang ada juga tokoh antagonis yang semena-mena jahat. Tanpa dijelaskan dengan detail, kenapa dia terjebak dalam posisi yang tidak tepat. Menurut gue, cerita yang mengandung antagonis seperti ini. Adalah cerita yang kering. Cuma sekedar menguatkan posisi si Protagonis. Kita seolah-olah “dipaksa” untuk mendukung si Baik hati. Gue kurang terlalu suka dengan cerita yang memiliki plot kayak gini.

Banyak cerita yang memilik antagonis yang kuat banget. which is, dia memiliki alasan yang sangat kuat kenapa dia menjadi tidak disukai.



Remember :
  1. tidak ada manusia didunia yang ingin jadi jahat.
  2. sejahat-jahatnya orang, seburuk-buruknya orang (di mata norma yang berlaku, gue termasuk yang percaya, bahwa jahat atau baik itu masalah sudut pandang), pasti ada yang bela. 
  3. sebaik-baiknya orang, pasti ada yang benci (quote dari Ust Felix)
Tokoh Antagonis yang baik, membuat cerita jadi lebih fleksibel, membuat yang membaca/menontonnya. Ada yang mendukung si protagonis (like usual) bahkan ada juga yang mendukung di Antagonis.

General Zod, dari man of steel, adalah salah satu dari banyak tokoh antagonis (yang guekagumi). Dia adalah seorang Jendral yang lahir di kriptone. Dia berdedikasi sangat tinggi untuk bisa melindungi planetnya. Tanah airnya dari kehancuran. Walaupun sebenarnya dia salah, karena cara dia melindungi pelanet dan menyelamatkan rasnya. Dengan cara menghancurkan ras lain berikut dengan planetnya.

Lord Voldemort, the powerfull wizard dari Horgward, dia adalah Tom Marvolo Riddle, seorang siswa paling berbakat. Yang setelah lulus berkelana keseluruh Inggris, dan mempelajari sihir hitam. Melakukan pemberontakan untuk membuat seluruh dunia sihir menjadi dunia hitam. Dan dia menjadi pemimpinnya.  Dia adalah tokoh yang teguh pada tujuan utama para Slytherin, kemurnian darah. Menghancurkan para muggle yang bersekolah di hogwart (CMIIW)

The Joker. Adalah penjahat yang bener-bener anti mainstream menurut gue. Dikala penjahat lain melakukan kejahatan dikarena ingin menguasai dunia. Ingin mendapat kekayaan. Sedangkan dia. Melakukan kejahatan. Hanya untuk bersenang-senang. Gendeng. Bayangin. Dia membunuh sana-sini. Merampok. Hanya untuk menikmati penderitaan orang lain tanpa tujuan lain. Sadis.

Yang utama dari tokoh antagonis adalah mereka menciptakan konflik. Tokoh antagonis memperlihatkan ketidak puasan terhadap sistem yang belaku di masyarakat. Sistem, norma, dan nilai yang berlaku dianggap buruk sehingga timbulah pemberontakan dari dalam diri si antagonis. Dari situ cerita berkembang. Muncul konflik antara si protagonis dan antagonis. Hasil dari konflik itu, tumbuh sistem baru yang lebih baik, dan lebih kuat.

Semakin kuat antagonis. Semakin banyak perubahan yang terjadi. Dan ini yang membuat gue, klimaks saat selesai membaca sebuah cerita. Rasa puas ketika membaca ending. rasa yang sangat puas ketika si protagonis dengan susah payah mengalahkan pemikiran antagonis yang kuat. Hal inilah yang membuat gue mengagumi tokoh antagonis. Mengagumi cara dia berpikir. Dan menikmati langkah demia langkah dia mempersulit si protagonis.

Antagonis yang kuat menciptakan cerita mengenyangkan. Tapi pengen nambah lagi.

Kadang, gue menerapkan sisi antagonis dalam kehidupan gue sehari-hari. Tapi bukan jadi jahatnya. Tapi berusahaan untuk menemukan sesuatu yang lain dari norma yang berlaku mainstream. Gue kadang menempatkan posisi yang lain dalam tren. Walau gue sadar. Itu akan membuat kita terlihat “salah” dan kadang dibenci. Tapi tak apa. Lebih baik gue dibenci karena memiliki pemikiran sendiri daripada dipuja karena hanya ikut arus.

Sejahat-jahatnya Joker. Dia punya temen, liat aja temen mafianya banyak. Seburuk-buruknya Voldemort, dia memiliki pengikut. Kenapa mereka bisa memiliki temen dan pengikut? Karena pengikut dan temen mereka memandang bahwa apa yang dilakukan si antagonis itu benar. Dari situ gue percaya. Benar atau salah itu masalah sudut pandang. Masalahnya adalah bagaimana cara kita mendistribusikan pemikiran kita kepada orang lain, tanpa penolakan dan pemaksaan.


*gambar nyomot dari google image

6 Comments

  1. iya setuju nih. mereka mempunyai kesamaan dalam sudut pandang yang mereka anggap itu baik

    BalasHapus
  2. kenapa yah antagonis indentik orang mendeskripsikan bahwa orang tersebut jahat

    BalasHapus
  3. Contohnya lagi, capres yang sumpah pocong itu. Walaupun banyak yang benci, ada aja pengikutnya. Eh tapi, itu termasuk antagonis nggak, ya? :| Bener, mending dibenci karena memiliki pikiran sendiri, daripada dipuja, tapi cuman ngikut arus.

    BalasHapus
  4. Well... sama sepertimu saya juga penyuka antagonis yang berkarakter dan beralasan. sampai sampai saya malah saya ngefans sama kurawa dan sengkuni *bukan karena tindakan jahatnya lho, hehehe* dan seperti yang ente bilang, menjadi antagonis dalam hidup terkadang jadi satu-satunya pilihan untuk mencari solusi dari cara pandang lain. Salam Kereta Api.. hohohohoho

    BalasHapus
  5. Well... sama sepertimu saya juga penyuka antagonis yang berkarakter dan beralasan. sampai sampai saya malah saya ngefans sama kurawa dan sengkuni *bukan karena tindakan jahatnya lho, hehehe* dan seperti yang ente bilang, menjadi antagonis dalam hidup terkadang jadi satu-satunya pilihan untuk mencari solusi dari cara pandang lain. Salam Kereta Api.. hohohohoho

    BalasHapus
  6. aaaah suka deh, tulisannya bagus :")

    Bener juga ya, bener atau salah itu hanya masalah sudut pandang. Relatif.

    Yang mutlak itu, mungkin kebaikan :)

    BalasHapus

Dikomen boleh. dipipisin yang jangan