Cinta Brontosaurus Review


“sebuah film komedi yang membuat percaya, Indonesia juga bisa membuat film komedi yang kocak, yang berangkat dari kegelisahan, bukan sex joke bermodalkan tetek dan paha pemainnya. Tidak ke Jepang-jepangan, tidak ke Amerika-amerikaan. Bener-bener pure style baru. Dan Raditya dika berhasil mendeskripsikannya dengan baik”

Heihooo..

Pada post kali ini gue akan membahas pendapat gue satu film yang lagi booming sekarang, gile aja, dua hari aja, yang nonton udah 150.000 orang. Akhirnya gue tergoda untuk membeli tiket. Ngantri berjam-jam, berjibaku melawan ratusan abg Malang. Belum lagi tatapan miring ketika melihat seseorang laki-laki nonton film sendirian di Bioskop tanpa pacar, gue berasa kayak terisolir dari peradaban.

Cinta Brontosaurus..

Jangan dikira film ini adalah kisah tentang dua ekor Brontosaurus yang lagi pacaran dipasar malam, lalu beradegan mesum dirawa-rawa. Tenang, gue jamin mata kita gak akan disuguhi oleh adegan tidak berperikehewanpurbaan seperti itu.

Film ini, mostly bercerita tentang Buku Cinta Brontosaurus, dalam artian harfiah, film ini tentang bukunya, bukan isi bukunya. Jadi, buat kamu yang udah pernah baca bukunya. Dan beranggapan “ah gue udah baca bukunya jadi tau ceritanya” no no no. kalian akan tersesat, karena apa? Film dan bukunya memiliki cerita yang berbeda meski bersinggungan.



Sinopsis :

Cerita dalam film ini mengisahkan tentang Dika, seorang penulis yang bukunya kurang laku, baru putus ama Nina dan sejak saat itu Dika percaya bahwa cinta memiliki kadaluarsa.  Dika bersahabat dengan Kokasi, yang bermultitasking menjadi agen Naskahnya.  Dimana Kokasi ingin meyakinkan si Dika untuk mendapatkan cintanya lagi, move on dari kekasihnya terdahulu.

Suatu hari Dika bertemu dengan tidak sengaja disebuah rumah makan dengan seorang cewek bernama Jessica.  Jessica adalah tipe cewek yang lain daripada yang lain, dia sama anehnya dengan Dika . Beranjak dari situ, Dika jatuh cinta. Tapi sayangnya, semakin lama. Dika malah merasakan apa yang dia teorikan sejak dulu – Cinta bisa kadaluarsa. Pembuktian pun dimulai.

Side story, si Dika ditawari oleh seorang produser yang ingin memfilmkan buku Cinta Brontosaurusnya. Namun, si produser , ingin melakukan perubahan besar terhadap isi filmnya. Si produser ingin memasukan unsur sex joke horor kedalam isi filmnya. Cinta Brontosaurus ingin dibuat menjadi.. Hantu Cinta Brontosaurus. Ngggg…

Intinya sih gitu deh.

Simak Trailernya disini :




Review :

Namanya juga film ya.. pasti ada positif dan ada negatifnya, ada plus minusnya. Oke, gue akan membahas beberapa yang menjadi kekuatan dari film ini dan yang menjadi kelemahan dari film ini, cekidot :

Positif

  • Sebuah perombakan baru dalam film komedi di Indonesia, sebuah komedi yang membuat kita mikir sejenak, ada permainan logika yang menarik, dan penonton bisa menemukan kelucuan demi kelucuan itu sendiri, dan menjadi bom tawa yang meledak dalam kepalanya. Gak kayak film komedi Indonesia kebanyakan yang lebih menonjolkan sisi slapstick, seperti ejek-ejekan fisik, atau adegan-adegan dikejar bajaj. Film Cinta Brontosaurus seperti materi stand up comedy yang divisualisasi. Sangat renyah dan menarik.
  • Film ini adalah film yang sangat menghibur tanpa memiliki unsur  sex joke didalamnya. Komedi tidak melulu berperisai sex joke untuk menjaring tawa. Menurut gue ini gebrakan baru dalam film komedi Indonesia
  • Film ini film pertama yang bikin gue ngakak tanpa memiliki pemain komedian level mahal didalamnya. Jadi positifnya, Raditya dika memainkan kelucuan dari kekuatan materi, bukan pemain. Menurut gue ini keren.
  • Film ini tidak mengandalkan ketampanan karena ga ada pemainnya yang cakep-cakep amat :))
  • Tidak hanya ngakak yg gue dapat, lebih dari itu, banyak pesan moral tentang pecintaan

Negatif

  • Ada beberapa minus yang mengganggu pikiran gue saat gue menyaksikan film ini, pertama. suasana 2006 (yang menjadi set up utama film ini) menurut gue kurang bisa dibangun oleh Radit dan Sutradaranya Fajar Nugros. Seperti, plat mobil jemputan Edgar, yang memakai plat nomor tahun 2013, tapi disisi lain gue melihat Radit menggunakan mobil dengan plat nomor 2006. Atau diadegan lain, Radit nonton tipi cembung ini udah bener 2006, lalu adegan Radit yang telpon-telponan ama Jessica, Radit pake nokia lama, sedangkan Jessica pake Galaxy Y tahun 2009. Lah. Ga penting sih tapi entah kenapa gue terganggu saat menonton ini
  • The power buat beberapa buku Radit yang lama itu adalah kepolosan Edgar. Entah mungkin ada miss persepsi antar apa yang gue imajinasikan tentang sosok Edgar yang polos dan bodoh tapi sangat kocak. saat membaca bukunya Radit dan menonton di film. Gue merasa Edgar yang didalam film belum “Edgar banget”, baik dari karakter maupun penokohan.
  • Pengulangan Joke-joke yang sebenarnya banyak sudah ditampilkan oleh radit didalam stand up comedy maupun bukunya. Buku yang berbeda dari CinBro. Seperti Joke “turunin gue sekarang” dan joke “ngobrol ama orang yang nelpon” dan beberapa dari Malam minggu miko. 
  • Ada adegan monyet yang disakiti  :((( 

Overall : 8.5/10 film yang sangat asyik dan wajib banget ditonton.

3 Comments

  1. jadi pengen buru2 nonton baca reviewnya...

    BalasHapus
  2. jadi pengen buru2 nonton baca reviewnya...

    BalasHapus
  3. ahhh, ni blog pasti dibayar ama dika, soalnya film nya garing banget nilai 7 pun gk mau gua ngasih nya, soalnya kebanyakan leluconnya udah basi, dan banyak yang gak masuk akal critanya, kalo gua kasih score ni film 4,5

    BalasHapus

Dikomen boleh. dipipisin yang jangan