2015 – Sebuah ruang kelas yang sangat luas


sumber

2015 sudah akan berakhir, dan yap. tahun ini memberi kesan yang sangat mendalam. gue memberi nama untuk tahun ini : Tahun untuk belajar. belajar banyak hal.

Belajar menjadi pribadi yang dewasa

di tahun 2015 ini gue memasuki tahun terakhir perkuliahan teori, FYI : gue sekarang melanjutkan pendidikan di sebuah universitas negeri di Malang. mengambil program magister a.k.a S2. jadi mahasiswa s2 itu ada enaknya ada enggaknya. enaknya adalah seburuk apapun  nilai lu dan seabsurd apapun kuliah lu, lu bakalan tetap terlihat terpandang di mata masyarakat meskipun lu lulusnya lama.

“Kuliah, Bang?”
“iya. s2”
ekspresi orang akan sama : “Wow! gila keren banget”;  dan nggak sedikit yang akan sungkem.
“Berapa tahun kuliah, Bang?”
“gue udah kuliah dari Zaman Soeharto”
“kok nggak lulus, Bang?”
“Biasa lagi thesis”

ekspresi orang akan sama : “Wow! thesis emang susah ya, bang”;  dan nggak sedikit yang akan sungkem.

ini bisa lu praktekan kok. cobain dah. meskipun kamu masih s1, atau masih sma tapi punya face tua bangka.

nggak enaknya juga banyak. yang pertama lu bakal dijejali banyak buku dan jurnal sama dosen, ngerjain proposal skripsi TIAP MINGGU. dan niscaya di akhir bulan pala bisa botak kek saitama.
Sebenarnya banyak hal di kelas s2 yang “baru” bagi gue. namun yang paling berkesan bagi gue adalah di mana kita harus belajar dalam satu kelas bersama orang-orang yang umurnya jomplang banget, yang selisihnya bisa 5-10 tahun. gampangnya lu bayangin aja. lu sekelas sama temen-temen lu yang seumuran ama dosen yang ngajar di depan kelas.  gue agak sulit beradaptasi dengan kelas yang modelnya seperti ini. gue terbiasa bekerja sama dan belajar dengan orang-orang seumuran. agak susah nyambung aja gitu ngobrolnya ama yang beda generasi.

Setiap pagi yang biasanya gue langsung nyamperin  temen-temen gue buat ngebahas episode One Punch Man terbaru. sekarang gue harus ngobrol sama orang-orang yang ngebahas penyuluhan KB dan cara dunia perpolitikan dan melambungnya harga cabai. Grup chat yang biasanya diisi dengan bertukar gambar meme dan berbagi kontak cewek cakep  bohai dan aduhai berubah menjadi grup suram yang isinya tukar-tukaran jurnal ilmiah dan tugas-tugas.

Perkuliahan berubah menjadi flat dan membosankan. gue menjadi skeptis, kerjaannya duduk di belakang,  ngomong seadanya, dan langsung cabut pas kelas kelar.

Sampai teman-teman kelas gue, memerlihatkan ke gue : bahwa kita akan sampai pada step di mana hidup bukan lagi tentang main-main.

Gue melihat, diantara muka-muka serius di dalam kelas gue itu, masing-masing dari mereka memiliki masalah pelik masing-masing. dan kuliah s2 ini adalah harapan mereka. satu-satunya jalan untuk mengubah jalan ninja mereka. halah. jalan hidup mereka.

Di satu kesempatan, gue nggak sengaja nguping pembicaraan temen gue. Bapak-bapak. seoarang pegawai swasta yang harus kerja full senin-jumat, yang nggak jarang harus mengambil lembur karena kerjaannya banyak banget. dia punya anak kecil. dan mereka baru bisa ketemu cuma di hari minggu, karena sabtu adalah hari di mana kami kuliah full dari pagi sampai malam. anaknya beberapa kali menelepon menanyakan kapan si ayah pulang, dan temen gue itu cuma bisa jawab “Bapak pulang secepatnya.”

gue teringat massa-massa di mana bokap gue punya posisi yang sama dengan temen gue itu dan gue sebagai anaknya. Bokap gue juga orang sangat sibuk di kantor, gue merengek minta bokap pulang, jengkel, kesel, marah, dan nggak mau tau pokoknya bokap harus pulang. dan bokap gue pun menjawab dengan jawaban yang sama “Bapak pulang secepatnya”

“anaknya, om” kata gue karena kepergok nguping.
“iya, Dy. ya gini ini kalau udah jadi Bapak”
“kangen sama anaknya, om?”
“banget. tapi besok ketemu. pulang kuliah ini om mau ke toko mainan dulu” Dia menghela nafas berat “Semoga dia nggak marah sama saya. saya sogok pakai mainan biasanya berhasil”
Gue melihat sosok bokap gue di temen gue ini. mata gue sedikit berkaca. “nggak. saya yakin dia nggak akan marah”

Gue menutup laptop, bangkit untuk meraih cangkir kopi yang udah kosong. gue tersenyum kecil karena hari ini, gue belajar banyak tentang sebuah pengorban

Balajar Jatuh Cinta Ala orang dewasa

Gue STMJ, bukan lagi Semester Tujuh Masih Jomlo. gue udah masuk pada level yang sudah akut :  Sudah Thesis Masih Jomlo. umur kejomloan gue lamanya udah seatara dengan pembangunan Piramida. untuk itu gue pun memutuskan untuk berusaha mencari pacar. dan ternyata kek membalik telapak tangan. ya. telapak tangan buto ijo. susah anjir.

Di kelas, ada satu cewek cakepngets. yang kebetulan seumuran ama gue. dia dulunya adalah junior gue di s1 dan sekarang kita sekelas di kelas magister. gue save fotonya di LINE, terus gue tunjukin fotonya ke temen-temen gue (yang sebaya) untuk minta pendapat ke mereka. gue tanya satu-satu : Gue cocok nggak sama dia? dan reaksinya beragam. mulai dari misuh, banting hape, hingga pindah kewarganegaraan.

“hmmm” temen gue, sebut saya Toloy, berpikir keras meliha foto sang gadis. dan sesekali melirik ke gue.
“gimana? selera gue bagus?” alis kiri gue naik turun tanda minta pengakuan.
“ini asdos itu kan ya?” Toloy mengerutkan dahi. “dia kan pinter banget”
“ya bagus dong, selera gue”
“bukan gitu..”
“terus”
“lu nyari pacar, saran gue, cari cewek yang begok-begok aja. jangan kepinteran. ini mah pinter banget. ya nggak mau lah dia ama lu. kalo ceweknya begok mungkin mau ama lu”
“Setan!” gue merebut hape

Toloy terbahak “dia bukannya udah punya pacar, ya?”

Sebelumnnya, gue udah mendengar sendiri bahwa dia sejatinya udah punya pacar, tapi. (ada tapinya) Pacarnya sekarang bekerja di Jakarta sementara sang gadis sekolah di Malang. A.k.a LDR. sementara gue, tiap hari ketemu ama dia, bercengkrama dengan dia. ada celah besar yang bisa gue masukin, gue salip, gue tikung, gue tendang macam Rossi kepada Marquez.

“Kalo suka, pepet terus seperti metro mini” Kata Toloy mantap. dan perkataan itu gue jadikan pegangan hidup selama 6 bulan terakhir. demi merebut sang gadis dari pasangan LDRnya.
Gue banyak belajar dari majalah dewasa, kalau cewek pintar biasanya akan tertarik pada pria yang pintar banget. Karena itu, untuk meraih hati sang gadis, gue pun belajar setiap malam, dan dengan berbekal kelihaian gue merangkai kata, berbicara, dan ngebacot. gue sering banget show off di kelas ketika ada debat kecil dan presentasi makalah. gue yang males-malesan kuliah jadi semangat, gue sering sok-sokan ngajarin temen-temen gue materi kadang satu kelas nggak ada yang ngerti. dan benar saja, sang gadis terpesona.

Sang gadis beberapa kali ngehubungin gue untuk nanya materi tugas, ke kontrakan gue buat ngerjain tugas bareng. kita jadi sering komunikasi intens. Sampai pada suatu hari, sang gadis ngomong lansung ke gue. “aku kagum sama mas Ady. pinter, kreatif (dia tau kalau gue penulis, blogger, dan vigrammers), kadang aku mikir aku mau bisa seperti kamu”

dan benar saja. hari itu, gue, merasa sebagai laki-laki paling tampan se-dunia.

Pada suatu kesempatan, salah satu senior gue, yang kebetulan temen gue juga satu kelas magister menikah. kita satu kelas diundang untuk datang. Hari itu, sang gadis datang dengan gaun putih berkerudung kuning emas. dan hari itu, adalah hari di mana gue melihat dia lagi cantik-cantiknya. ada debar di dalam dada buat mengungkapkan rasa di dalam hati. dan iblis-iblis di telinga gue udah berdecak “nyatakan perasaan lo ke dia sekarang”

Gue berjalan pelan menghampiri, setengah jalan gue sampai, gue mendapati sang gadis sedang menelpon pacarnya. dari sorot matanya, gue melihat kerinduan yang mendalam, dari cara bicaranya, gue melihat ada kebahagiaan, dari banyak hal yang gue lihat hari itu, gue bisa merasakan gue bukan yang dia cari. dia hanya kagum pada sosok yang gue buat dengan berusaha keren, tidak lebih. gue berusaha untuk menjadi orang lain demi merebut perhatian, bukan hati. gue berusaha mencabik hubungan orang lain dengan cara yang tidak baik dan kekanak-kanakan. saat itu gue belajar. ini bukan cinta ala orang dewasa.

Langkah gue pindahkan dari menghampiri dia menuju prosesi pelemparan bunga. Pengantin wanita melempar bunga (yang mitosnya misalnya kita dapat kita bakal jadi pengantin selanjutnya). semua bersorak kecuali gue. bunga dilempar tinggi. gue melihat bunga itu melayang, dan jatuh ke pelukan gue.

at least gue dapat sebuah bunga yang entah mau gue apakan dan sebatang coklat dari panitia nikahan. Sebelum pulang coklat itu gue berikan ke sang gadis dan kita pun berpisah.

Toloy pernah ngomong ke gue. misalnya gue ngajak jalan anak gadis dan dia suka sama perlakuan lo, maka sesaat setelah sampai di rumah, doi akan menghubungi lo, minimal satu ayat chat.

Gue memarkir motor, gue masuk ke kosan, ganti baju tidur. rebahan bentar. sebuah notifikasi chat dari seseorang. dari sang gadis. “thanks coklatnya”. mata gue melihat layar berpendar, tanpa debar seperti biasanya, hanya ada gue, malam gelap, dan hati yang sudah mulai kosong.

Belajar berkarya tanpa putus asa

akhir 2014 jadi masa-masa paling galau dalam hidup gue. saat itu “gairah” berkarya gue lagi turun-turunnya. Buat yang belum tau, selain ngeblog gue juga sedang giat-giatnya membuat video di instagram dengan konten utama komedi. tim instagram gue buyar. Emilio, sahabat gue yang bias ague jadiin tripod hidup dan talent partner diterima kerja di sebuah perusahaan swasta di Jakarta. kita pun terpaksa melakukan LDF, long distance friendship. dan nggak memungkinkan untuk bikin-bikin video lagi. Reza –sahabat gue yang satunya lagi, juga sekarang balik masuk goa buat menyelesaikan thesisnya. temen-temen gue di Malangvidgram sepertinya mengalami hal yang sama, declining. jenuh, dan nggak ada satupun yang bisa diajak colab secara lanjutan seperti tim gue yang lama karena terpisah jarak dan kampus.  itu artinya gue balik lagi sendirian buat bikin video.

gue maksain tetep ngisi konten hanya bermodalkan tripod dan cast gue sendiri. tapi ternyata nggak berhasil. gue kehilangan “fun”nya bikin video kayak dulu. gue seperti membuat video dengan terpaksa untuk mengisi akun, bukan untuk senang-senang kayak dulu.

banyak hal yang membuat gue kembali putus asa dalam berkarya. sudah hampir setahun, naskah novel gue nggak dapat kabar dari semua penerbit yang gue kirimin naskah satu satu. gue sempet mikir buat nggak mau nulis lagi, karena gue ngerasa. apa yang gue lakukan ini semuanya sia-sia. Kuliah s2 ternyata berkontribusi negatif pada mood gue dalam berkarya. gue sempat mikir : terlalu mengasah otak kiri akan membuat otak kanan kita semakin tumpul. gue berusaha untuk balik nulis dan membuat video. dan entah mengapa semakin gue mencoba, semakin gue nggak mood. gue menjadi seniman yang malas.

Sampai akhirnya seorang teman datang ke kos membawa sebuah Tascam. Henasatya. dengan seabrek peralatan kamera di tasnya. Tascam itu adalah alat perekam yang harganya nggak murah. dia bilang dia mau fokus buat youtube channel miliknya.

“udah abis akeh aku dy beli iki Tascam. harus fokus” katanya mantap

Hari itu gue berkolaborasi dengan Hena untuk mengisi konten di youtube channel miliknya. bayarannya. gue minta dia untuk berkolaborasi untuk mengisi konten di instagram gue. awalnya sulit. karena gue ama Hena berangkat dari latar belakang yang jauh beda. Kuliah beda, suku beda, kampus beda. kita membuat sebuah komedi yang berangkat dari keresahan yang berbeda. dan ini menurut gue menjadi tantangan tersendiri. gue dulunya sempat mikir bahwa komedi itu harus berasal dari keresahan yang sama. misalnya gue dengan tim gue yang lama : Emil, gue dan Reza adalah sama-sama anak akuntansi dan anak rantau. Tapi yang terjadi ketika gue satu tim dengan Hena, gue sedikit mendapat banyak kesulitan. karena banyak hal dari kita yang emang beda. tapi, setelah gue mencoba “menabrakan” dua hal yang beda ini, muncul sinergi baru yang menurut gue unik. gue menemukan konten baru : Dua temen kosan beda daerah. video kolaborasi gue sama hena direspon baik oleh watcher, dilirik akun besar, dan beberapa kali masuk televisi nasional.

Mood bikin video gue balik lagi setelah itu, kita jadi sering bikin video bareng. hingga akhirnya Indra Widjaya, temen gue sesama penulis ngechat. sebelumnya dia tau bahwa gue dan Hena sekarang lagi fokus di video komedi instagram dan tepat rasanya kalau kami dihubungi. pada sebuah kesempatan, Indra diajak berkolaborasi bersama seorang youtubers besar asal Malang bernama Bayu SKAK. Tim Bayu SKAK membutuhkan lebih banyak orang sebagai figuran di video terbarunya dan kita pun diajak. Jadilah hari itu kita terlibat langsung dalam proses shooting. di sana gue berkonsultasi banyak tentang video dengan crew SKAK. mulai dari proses shooting, editing, sampai branding konten. di sana gue melihat bahwa sebuah pembuatan karya komedi ternyata membutuhkan effort yang serius dan tidak main-main. gue melihat bagaimana script yang mereka bangun, mood ketika shooting, solusi ketika terjadi masalah. gue belajar banyak hari itu.

Pertemuan gue dengan tim Bayu SKAK juga mengantarkan gue bertemu dengan orang-orang hebat lainnya. gue berkenalan dengan Sparkling agensi dan tim inibercanda dan beberapa kali melakukan kolaborasi. Pada sebuah kesempatan, gue akhirnya bertemu dengan inisiator Malangvidgram yang lagi fokus sebagai hijabers influence : Aghnia Punjabi dan temannya Amelia Elle. gue akhirnya banyak berkenalan dengan creator lain dan kami membuat semacam aliansi creator di Malang yang isinya orang-orang kreatif yang berdomisili di Malang : Malang Creator

Gue sering dapat pertanyaan yang sama ketika gue mengupload foto bareng seorang social media influencer yang berfollower puluhan hingga ratusan ribu : Kok bisa kamu kenal sama mereka, Dy?
Gue menaikan kedua bahu tanda tidak tahu.

“Seandainya kamu dulu nggak datang ke talkshowku dulu di UB kita sekarang kenal nggak ya, Dy?” Kata Indra seraya menyeruput segelas green tea di depannya.
Gue balik nanya “Seandainya aku dulu cuma pembaca biasa, bukan penulis seperti kamu. kamu mau nggak follow back twitter aku?”
“mungkin nggak” Indra tertawa lepas. “dan mungkin setelah itu kita nggak saling kenal, nggak berkolaborasi”

gue mengangguk setuju. Karya adalah kartu nama paling ampuh untuk bisa berkenalan dengan idolamu. kata mbak Windy Ariestanty. dan hari itu gue belajar banyak : berkarya yang baik diakhiri dengan hasil nyata bukan putus asa.

2016 – adygila 2.0

Sebulan yang lalu gue memutuskan untuk mengganti username instagram menjadi adygila, username yang sama yang gue gunakan untuk twitter. for some reason username ini enak disebut yang gampang nempel di kepala orang. beberapa temen gue sesama penulis, penggiat twitter dan IGers di Jakarta lebih kenal gue sebagai Adygila ketimbang nama asli gue nugraha adi. gue berharap nama ini akan memberi keberuntungan.

Ditengah-tengah proses shooting sebuah iklan di youtubenya yang gue terlibat di dalamnya, Bayu SKAK bertanya ke gue

“Kenapa nama kamu adygila?”
“biar ditanya orang “kenapa adygila?””
“menjawab banget sumpah” jawab Bayu

Gue emang nggak punya specific answer yang tepat kenapa username gue adygila. padahal gue ya nggak punya masalah dengan syarap, ingatan, dan mental. walau kadang gue suka berhalusinasi punya pacar imajiner dan beberapa kali melihat sosok anoa lagi tiduran di tengah aspal kalau lagi ngantuk.

Namun pada sebuah malam gue mendapat sebuah pecerahan. gue pengin menjadi “gila” seperti username gue. gila dalam artian berkarya di atas rata-rata. gila untuk belajar lebih giat dan lebih banyak. gila untuk haus membuat sesuatu yang baru.

2015 sudah memberikan gue kelas yang sangat luas, guru-guru dengan banyak ilmu dari orang-orang hebat yang gue temui. 2015 menjadi buku panduan gue untuk mengenali diri gue sendiri. mengubah mindset gue tentang banyak hal seperti cara pandang hidup, pertemanan, dan cinta.

dan akhirnya 2016 akan gue jadikan tahun batu loncatan. untuk bangkit dan berkarya. the rise of adygila 2.0 is coming soon.

Selamat tahun baru 2016 - adygila

14 Comments

  1. Sukaaa banget deh kalo nulis serius gini lagi Dy :))

    BalasHapus
  2. ijin nyimak sambil baca baca yah kaka :)

    http://kawat-silet.blogspot.com/

    BalasHapus
  3. keren kak ceritnya . mampir juga ya kak di ericotheonaldo.blogspot.com

    BalasHapus
  4. pengalaman yang sangat menarik ... tetep semangat kuliahnya ya ...
    Obat Sipilis Dan Gonore

    BalasHapus
  5. such an AMAZING blog!!

    hey, would you visit mine back and leave any mark on it ^^ thank you!
    http://www.chippeido.co.vu

    BalasHapus
  6. bingung mau mulai komen darimana, haha.
    ngambil magister masih dengan jurusan yang sama dy? hebat euy, dulu awal kenal masih ady yg sibuk jadi maba, eh sekarang ady udah duluan loncat jadi mahasiswa lagi, kepengen :| *eh tapi seriusan susah banget ga sih kalau s2 akuntansi?*

    semangat ya dy kuliahnya, walaupun sekelas orangnya ga asik, inget lagi tujuan awal lo mau kuliah s2 itu apa, semoga thesis cepat kelar dan ketika wisuda sudah ada pendamping, aheeeyy.

    Semangat juga jadi ady lebih kreatif, jalannya menuju sukses udah dibukain,tinggal terus usaha dan doa aja semoga usahanya dilancarkan, hehe

    BalasHapus
  7. emejing...>>
    ceritanya ini berhakikat menginspirasi bagi saya...
    berkunjung bang di https://explcode.wordpress.com/

    BalasHapus
  8. Udah lam banget mas nggak nulis... mas Adi yg pengin berkarya di tahun 2016 ternyata vakum dengan alasan yg tidak diketahui. Sekarang dia muncul dengan foto2 selfie dan travelling di Ig. Video comedynya hilang.


    Rrr can wait karya mas Adi selnjutnya

    BalasHapus
  9. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus

Dikomen boleh. dipipisin yang jangan